Kami Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H
Hondamobil - Kami Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H, Mohon Maaf Lahir Batin
Makna dan Hakikat Idul Fitri
IDUL Fitri bagi sebagian masyarakat Indonesia memiliki arti
yang sangat sakral sehingga jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan diri untuk
menyambut kedatangannya, mulai dari mudik ke kampung halaman, mempersiapkan
pakaian baru untuk bersilaturahim, melengkapi perabot rumah agar ia menjadi
indah ketika tamu berkunjung, dan menyiapkan beraneka ragam makanan dan
minuman. Namun sebagian orang ada yang terlalu memaksakan diri untuk mewujudkan
hal tersebut walaupun di luar batas kemampuannya, bahkan tidak jarang berujung
pada terganggunya hubungan dengan pasangan. Waktunya banyak terkuras untuk
mempersiapkan lebaran, sehingga menjadikan Ramadhan hanya sebagai sebuah
rutinitas belaka tanpa menyadari akan hakikat dan keistimewaan bulan suci
Ramadhan yang hanya hadir sekali dalam satu tahun.
Sebagian orang merasa kurang afdhal jika tidak memakai atau
menggunakan sesuatu yang baru di saat lebaran, padahal lebaran Idul Fitri
tidaklah melulu identik dengan sesuatu yang baru, tetapi sejatinya ia lebih
pada kesucian jiwa dan rasa tulus kepada Allah dalam melaksanakan perintah-Nya.
Menyiapkan aneka makanan dan minuman di rumah ketika lebaran sah-sah saja
dilakukan apabila dilandasi dengan niat yang tulus dan murni karena Allah.
Tetapi jangan sampai memberatkan diri dan melampau batas serta menyimpang dari
ajaran agama, misalnya karena ingin mendapat pujian dan sanjungan. Unsur riya‘
dengan memamerkan kekayaan, bersikap mubazir dan lain-lain merupakan sifat
iblis yang harus dijauhi.
Menggapai kesucian
Idul Fitri bagi umat Islam merupakan hari bergembira dan
hari kemenangan karena telah berhasil dalam menggapai kesucian sehingga kembali
kepada keadaan fitrah, yang dalam konteks ini berarti kembali kepada asal
kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Jadi, pengertian
Idul Fitri ialah menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari
kandungan ibunya sebagaimana sabda Nabi saw: “Setiap bayi yang dilahirkan dalam
keadaan suci.” Hal ini dapat terwujud apabila yang bersangkutan telah
menunaikan ibadah puasa secara maksimal yang diiringi dengan ibadah lainnya
berdasarkan keimanan dan semata-mata hanya karena mengharap ridha Allah.
Ramadhan sangat erat kaitannya dengan Idul Fitri karena
ibadah puasa merupakan suatu proses berkesinambungan yang melatih manusia untuk
memperoleh gelar muttaqin sehingga diibaratkan seperti bayi yang baru lahir
dari rahim ibunya. Maka wajar ia bergembira karena telah lulus dalam madrasah
Ramadhan yang tetap menjiwai semangat Ramadhan di luar Ramadhan. Orang-orang
muttaqin tidak melokalisir kesalehan hanya di bulan Ramadhan, tetapi mereka
membelenggu setan, nafsu dan menghambakan diri hanya kepada sang Khalik juga di
luar Ramadhan. Selalu berusaha untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Allah Swt
dan Rasul-Nya karena menyadari bahwa Allah itu benar-benar ada, Maha Melihat,
dan pertolongan-Nya itu dekat dan benar-benar siksa-Nya itu berat.
Dengan demikian, selalu berusaha untuk berakhlak mulia
semenjak kecil, seperti menghargai orang tua, guru, teman, dengan tidak
melakukan tawuran di sekolah, ketika menempuh ujian tidak melakukan kecurangan,
tidak memalsukan gelar dan ijazah, tidak mencorat coret baju seragam ketika
lulus karena ini merupakan sikap mubazir yang bertentangan dengan nilai-nilai
ramadhan, tetapi banyak melakukan hal baik, seperti melakukan sujud syukur,
shalat, mengaji dan lain sebagainya. Mereka menjadi hamba yang saleh karena
selalu merasakan kehadiran Allah dalam jiwanya sepanjang masa, sepanjang usia,
sampai Allah mencabut nyawa mereka.
Sudah menjadi tradisi yang mengakar di Indonesia apabila
lebaran Idul Fitri tiba, pada umumnya masyarakat saling bersilaturahim antar
sesama. Tradisi seperti ini dinilai sesuatu yang baik dan mulia sebagaimana
sabda Nabi saw: “Barang siapa yang menginginkan kelapangan rezeki dan
keberkahan usia, maka hendaklah dia menjalin silaturahim.” Silaturahim adalah
kata majemuk yang terambil dari kata shilat dan rahim. Kata shilat berarti
“menyambung”, dan “menghimpun”. Ini berarti bahwa hanya yang putus dan yang
terseraklah yang dituju oleh kata shilat. Sedangkan kata rahim pada mulanya
berarti “kasih sayang” kemudian berkembang sehingga berarti pula “peranakan”
(kandungan), karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih
sayang.
Dengan demikian, hakikat dari silaturahim bukan hanya
sekadar berjabat tangan ataupun kunjungan yang bersifat formalitas, tetapi
apabila kunjungan tersebut dapat membawa nuansa ukhuwah yang mencairkan suasana
beku dan menjernihkan apa yang keruh sehingga jiwa menjadi bening dan suci
laksana embun di pagi hari, sebagaimana sabda Nabi saw: “Tidak bersilaturahim
(namanya) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi (yang dinamakan
bersilaturahim adalah) yang menyambung apa yang putus.”
Dalam Idul Fitri, silaturahim dan saling memaafkan sangat
dianjurkan sebagai isyarat peluntur dosa. Namun hal itu sejatinya tidak hanya
dapat dilakukan pada saat Idul Fitri tetapi bisa dilakukan kapan saja tanpa
menunggu moment-moment tertentu seperti idil fitri. Salah satu cara
bersilaturahim adalah dengan diperintahkannya shalat berjamaah setiap hari,
karena shalat berjamaah merupakan pertemuan sesama umat Islam untuk saling
menjalin rasa persaudaraan. Pada saat itulah kita saling bertukar pikiran
mengenai masalah-masalah yang dihadapi, maupun masalah yang menyangkut
kepentingan bangsa.
Harapan dan doa
Satu ucapan populer dalam konteks Idul Fitri adalah “minal
aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin”. Minal aidzin berarti (semoga
kita) termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah, yakni “asal kejadian”,
atau “kesucian”, atau “agama yang benar”. Sedangkan al-faidzin berarti
“keberuntungan”. Dan ini harus dipahami dalam arti harapan dan doa, yaitu
semoga kita orang-orang yang memperoleh ampunan dan ridha Allah Swt sehingga
kita semua mendapatkan kenikmatan surga-Nya. Kemudian kata maaf berasal dari
bahasa Alquran al-afwu yang berarti “menghapus”, karena yang memaafkan
menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Dan bukanlah memaafkan namanya, apabila
masih ada tersisa bekas luka itu di dalam hati dan rasa dendam yang membara.
Alquran yang berbicara tentang pemaafan semuanya dikemukakan
tanpa adanya usaha terlebih dulu dari orang yang bersalah (lihat QS. Ali Imran:
152 dan 155, Al-Maidah: 95 dan 101). Dalam beberapa ayat ini tidak ditemukan
satu ayat pun yang menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah
perintah untuk memberi maaf. Allah berfirman: “Hendaklah mereka memberi maaf
dan melapangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” (QS. an-Nur:
22).
Kesan yang disampaikan oleh ayat di atas adalah anjuran
untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan
hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada
hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah Swt. Oleh karena itu tidak
ada alasan untuk berkata: “tiada maaf bagimu”, karena segalanya telah dijamin
dan ditanggung oleh Allah Swt (Quraish Shihab, 2013).
Beberapa ayat Alquran yang mengupas mengenai maaf sering
beriringan dengan kata as-shafht. Dan berjabat tangan dalam bahasa Arab disebut
dengan mushafahat yaitu lambang kesediaan seseorang untuk membuka lembaran
baru, dan tidak mengingat atau menggunakan lagi lembaran lama. Sebab, walaupun
kesalahan telah dihapus, kadang-kadang masih saja ada kekusutan masalah.
Memaafkan kesalahan adalah satu sifat terpuji. Bahkan Rasulullah telah
mempergunakan sifat pemaaf ini dalam menghadapi kawan dan lawan, dan ternyata
memaafkan kesalahan itu menyebabkan orang banyak masuk Islam. Jadi, marilah
kita saling berlapang dada, mengulurkan tangan dan saling mengucapkan minal
aidzin wal faidzin. Semoga kita dapat kembali menemukan jati diri kita dan
semoga kita memperoleh ampunan, ridha dan kenikmatan surgawi. Amin!
* Dr. H. Agustin Hanafi, MA., Ketua Prodi Hukum Keluarga
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, dan Anggota Ikatan Alumni Timur
Tengah (IKAT) Aceh. Email: agustinhanafi77@yahoo.com
Sumber : http://aceh.tribunnews.com
Posting Komentar untuk "Kami Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H"